Senin, 01 Februari 2016

ZAMAN



Pagi ini saya lalui hari dengan rutinitas  seperti biasa, rasanya tak ada yang berbeda dari Senin - Senin pagi sebelumnya. Hingga sebuah berita saya terima dari seorang sahabat siang tadi. Berita yang bak gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter yang melanda kepala dan memporak-porandakan fikiran saya dalam ketidakmengertian.
            “Seorang siswaku kedapatan bertukar foto dengan pacarnya” ungkap sahabat saya lewat teleponnya tadi siang.
            “Itu sering dilakukan oleh remaja sekarang yang sedang dilanda kasmaran, bukan…?” Tanya saya tak paham arah pembicaraannya.
            “Bukan hal  biasa karena mereka bertukar foto diri dalam keadaan polos tak berpakaian” ucap sahabat saya lirih menjelaskan. Namun suara lirih itu telah mampu menghasilkan dentuman luar biasa di rongga telinga saya, membuat saya tercengang tak percaya dengan pendengaran sendiri. Kemudian mengalirlah ceritanya sederas air bah. Betapa ia kecewa dan tak menyangka, siswanya yang selalu menjadi juara kelas dan sebelumnya tak pernah terlibat pelanggaran aturan disekolah itu, ternyata menyimpan sisi lain yang gelap di relung kepribadiannya.
            Ada apa dengan dua remaja ini? Di lingkungan seperti apakah mereka tumbuh? Dalam keluarga yang bagaimanakah mereka dibesarkan? Masa kecil seperti apakah yang mereka lalui? Adakah masa lalu yang menoreh luka menganga dalam jiwa mereka? Duhai, zaman seperti apakah ini? Puluhan pertanyaan berloncatan dari sel-sel otak dan mengambang dalam kepala  saya.
            Fikiran saya melayang pada dua putri kecil saya di rumah. Akan sedahsyat apakah zaman yang harus ditaklukkan kala mereka aqil baligh nanti. Sungguh tak mungkin saya sebagai orang tua untuk selalu 24 jam “mensterilkan” lingkungan tempat mereka berada. Memberikan “imun” yang kuat berupa pendidikan agama yang kokoh sebagai salah satu solusinya. Teringat saya akan sebuah ungkapan bijak  “Didiklah anak-anakmu, karena mereka hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.” Semoga Allah mampukan saya dan jutaan orang tua lainnya.

4 komentar:

  1. Astaghfirullah..ngeri sekali bunda...😖

    BalasHapus
  2. Iya mba ulfa...bikin hati ketar ketir ya...

    BalasHapus
  3. harus lebih perhatian, dan lebih dekat kepada anak mba, anak saya perempuan juga nih, tapi masih 1 tahun.

    BalasHapus
  4. setujuuu...membentuk bonding dengan anak nampaknya memang harus dilakukan oleh para orang tua ya mas Amirulah

    BalasHapus

Tulis ya