Pagi ini saya lalui hari
dengan rutinitas seperti biasa, rasanya
tak ada yang berbeda dari Senin - Senin pagi sebelumnya. Hingga sebuah berita
saya terima dari seorang sahabat siang tadi. Berita yang bak gempa berkekuatan
8,5 Skala Richter yang melanda kepala dan memporak-porandakan fikiran saya
dalam ketidakmengertian.
“Seorang
siswaku kedapatan bertukar foto dengan pacarnya” ungkap sahabat saya lewat
teleponnya tadi siang.
“Itu
sering dilakukan oleh remaja sekarang yang sedang dilanda kasmaran, bukan…?”
Tanya saya tak paham arah pembicaraannya.
“Bukan
hal biasa karena mereka bertukar foto
diri dalam keadaan polos tak berpakaian” ucap sahabat saya lirih menjelaskan.
Namun suara lirih itu telah mampu menghasilkan dentuman luar biasa di rongga
telinga saya, membuat saya tercengang tak percaya dengan pendengaran sendiri.
Kemudian mengalirlah ceritanya sederas air bah. Betapa ia kecewa dan tak
menyangka, siswanya yang selalu menjadi juara kelas dan sebelumnya tak pernah
terlibat pelanggaran aturan disekolah itu, ternyata menyimpan sisi lain yang
gelap di relung kepribadiannya.
Ada
apa dengan dua remaja ini? Di lingkungan seperti apakah mereka tumbuh? Dalam keluarga
yang bagaimanakah mereka dibesarkan? Masa kecil seperti apakah yang mereka
lalui? Adakah masa lalu yang menoreh luka menganga dalam jiwa mereka? Duhai, zaman
seperti apakah ini? Puluhan pertanyaan berloncatan dari sel-sel otak dan
mengambang dalam kepala saya.
Fikiran
saya melayang pada dua putri kecil saya di rumah. Akan sedahsyat apakah zaman
yang harus ditaklukkan kala mereka aqil baligh nanti. Sungguh tak mungkin saya
sebagai orang tua untuk selalu 24 jam “mensterilkan” lingkungan tempat mereka
berada. Memberikan “imun” yang kuat berupa pendidikan agama yang kokoh sebagai
salah satu solusinya. Teringat saya akan sebuah ungkapan bijak “Didiklah anak-anakmu, karena mereka hidup
pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.” Semoga Allah mampukan saya dan jutaan orang tua lainnya.
Astaghfirullah..ngeri sekali bunda...😖
BalasHapusIya mba ulfa...bikin hati ketar ketir ya...
BalasHapusharus lebih perhatian, dan lebih dekat kepada anak mba, anak saya perempuan juga nih, tapi masih 1 tahun.
BalasHapussetujuuu...membentuk bonding dengan anak nampaknya memang harus dilakukan oleh para orang tua ya mas Amirulah
BalasHapus