Rabu, 17 Februari 2016

LUKA



Bila ditanya pada siswa saya di sekolah, mungkin saya adalah guru bagi mereka. Namun sejatinya buat saya, merekalah salah satu dari sekian banyak guru saya. Dari kehidupan merekalah saya banyak belajar.
Adalah Fulan…
Yang kala itu membangunkan saya ditengah malam dengan deringan telepon darinya. Dengan mata yang masih digelayuti rasa kantuk, saya angkat telepon, begitu membaca namanya tertera dilayar handphone.
“Manusia bang**t itu memukuli ibu saya lagi, dia gak peduli dengan jerit tangis ketakutan adik perempuan saya yang melihat tubuh ibu saya berkali-kali menghantam tembok.” Suara penuh amarah bercampur kebencian Fulan diujung telepon, memenuhi pendengaran saya.
Kantuk saya seketika lenyap.
“Ibu… biarkan saya membunuh baji**an itu... Saya ingin nurut pada nasehat ibu, tapi kali ini saja... biarkan saya jadi murid yang tak patuh bu.”
Saya terpaku tanpa mampu mengeluarkan suara.
“Saya sudah mengasah golok, dan saya tidak peduli lagi, saya tidak butuh penjahat bernama BAPAK..!” jerit Fulan penuh dendam.
Dengan mengumpulkan segenap tenaga, saya ajak Fulan bicara... agar gundah itu mengalir dan tak mengendap dalam jiwanya.
Dialah Fulanah....
Remaja berparas manis yang menghampiri saya setelah sekolah mulai sepi, ditinggalkan para penghuninya.
"ibu...bolehkah saya tinggal di rumah ibu?" bisiknya lirih pada saya.
"Boleh...." jawab saya berselimut tanya.
"Tapi kenapa tiba-tiba Fulanah ingin tinggal di rumah ibu?" kejar saya penasaran.
Dan mengalirlah ceritanya diantara deraian air mata. Betapa Fulanah membenci ibunya. Ibu yang tak lagi baik pada dia dan ayahnya. Hingar-bingar pertengkaran menjadi agenda rutin di rumah mereka. Tuntutan finansial dari ibu yang tak mampu dipenuhi sang ayah pasca ter-PHK dari kantornya. Gaya hidup borju ibu yang tak lagi mampu dipikul ayahlah yang kerap jadi pemicunya.
Sungguh masih banyak Fulan dan Fulanah lain di luar sana.
Duhai....manusia berusia dewasa yang berstatus orang tua....
Sebagai orang tua seperti apakah engkau ingin dikenal dan dikenang oleh anak-anakmu....?
Bagaimana engkau akan berharap do'a dipanjatkan untukmu, yang pahalanya terus mengalir padamu di alam baqa...dari jiwa penuh luka anak-anakmu yang kau hempaskan saat ini..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis ya